
NASIaoNALTERKINI— Yogyakarta kembali mengukuhkan posisinya sebagai episentrum budaya dan kolaborasi internasional melalui penyelenggaraan Jogja Festivals Forum & Expo (JFFE) 2025. Mengangkat tema Festival Diplomacy, ajang ini menyoroti peran strategis festival sebagai alat diplomasi budaya, penggerak ekonomi kreatif, dan katalis investasi pariwisata berkelanjutan.
Digelar selama dua hari, JFFE 2025 menghadirkan rangkaian acara berkelas internasional, mulai dari simposium global, talkshow interaktif, forum diskusi, business matching, pameran mini festival, hingga peluncuran inisiatif strategis seperti Jogja Festivals Studies Centre dan Deklarasi Yogyakarta sebagai City of Festivals.
Momen puncak hari pertama ditandai dengan deklarasi resmi “Yogyakarta City of Festivals” oleh Wali Kota Yogyakarta. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memperkuat posisi Jogja di panggung global:
Dengan semangat kolaborasi, mari kita majukan Kota Yogyakarta melalui festival. Semoga langkah ini menjadi energi baru untuk memperkuat posisi Jogja di panggung dunia.”
Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, menegaskan komitmen pemerintah dalam membangun ekosistem festival yang inklusif dan berkelanjutan:
Jogja adalah kota dengan semangat festival yang tinggi. Kita perlu membangun branding sebagai Kota Festival. Pemerintah akan terus memberi ruang dan menjamin keberlanjutan tanpa membebani pelaku. Intinya, kita ‘nyengkuyung bareng’ agar lebih nyawiji.”ujarnya dalam acara jumpa pers:Rabu;07/05/2025 di
VRTX Café and Space Jalan Margo Utomo 38 Yogyakarta
Dalam simposium, sejumlah pemimpin nasional turut menyoroti festival sebagai kekuatan strategis dalam diplomasi budaya dan daya saing ekonomi. Irene Limar, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, menyampaikan:
Festival adalah engine of growth yang memperkuat daya saing Indonesia di mata dunia. Investasi budaya adalah investasi untuk kesejahteraan. Festival membawa kekuatan diplomasi yang mengangkat nilai keberagaman.”
Perwakilan Kementerian Luar Negeri RI, Gofar Ismail, mengungkapkan bahwa melalui 134 kedutaan dan konsulat di seluruh dunia, Indonesia terus aktif mempromosikan budaya dan festival ke panggung internasional.
Sementara itu, Kadri Ranggono, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Yogyakarta, menyatakan bahwa kebijakan kota festival telah menjadi bagian integral dari RPJMD 2025–2029.
Rizki Handayani, Deputi Industri dan Investasi Kemenparekraf, menambahkan:
Festival harus menjadi kendaraan utama untuk menarik investasi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Indonesia berpotensi menjadi pusat festival internasional.”
Edinburgh berkembang dari 34 menjadi 3.000 festival karena kolaborasi global. Yogyakarta punya potensi serupa. Festival adalah jembatan diplomasi budaya dan ruang tumbuhnya talenta. JAFF, misalnya, menjadi medium Indonesia berbicara tentang keberagaman dan inklusi di panggung Asia dan dunia.”
Talkshow juga menghadirkan inisiatif dari Jogja Disability Arts, British Council Indonesia, dan Jogja Tea Festival yang membahas inovasi festival ramah lingkungan, inklusif, dan berbasis advokasi kebijakan hijau.
Salah satu terobosan penting dalam JFFE 2025 adalah peluncuran pusat studi festival pertama di Indonesia, dengan dua program unggulan:
Festival Research Hub – Wadah riset kolaboratif antara akademisi dan komunitas festival.
Festival Academy – Platform pelatihan untuk mencetak generasi baru pengelola festival profesional.
Dengan penyelenggaraan JFFE 2025, Yogyakarta tidak hanya memperkuat posisinya sebagai kota festival, tetapi juga menegaskan peran penting festival dalam membentuk masa depan ekonomi kreatif dan diplomasi budaya dunia.(Tyo)