
NASIONALTERKINI. Taman Pintar Yogyakarta memperkenalkan zona wisata edukasi yang menampilkan berbagai metode pengelolaan sampah organik, termasuk penggunaan maggot dari lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF) dan sistem pengomposan modern. Program ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran lingkungan serta memperkenalkan solusi inovatif untuk pengelolaan sampah.

Menurut Agus Budi Rachman, Pengelola Taman Pintar Yogyakarta, zona edukasi ini dirancang untuk memberikan pemahaman komprehensif mengenai proses daur ulang sampah organik menggunakan teknologi sederhana namun efektif.
Pengunjung tidak hanya belajar teori, tapi juga bisa melihat langsung proses pengolahan sampah menjadi kompos serta mengenal lebih dekat manfaat dari lalat tentara hitam dan larvanya,” ujar Agus saat ditemui pada Selasa (27/5/2025).

Berbagai Metode Pengomposan Diperkenalkan. Zona ini menampilkan metode pengomposan yang bervariasi, mulai dari: Lubang tanah untuk skala luas, Lubang biopori untuk lahan sempit,Komposter rumah tangga,Bak kompos.

Model open windrow yang cocok untuk usaha pengomposan skala besar.
Pengomposan sendiri merupakan proses penguraian sampah organik menjadi pupuk padat dengan bantuan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan serangga. Salah satu metode anaerob (tanpa oksigen) juga diperkenalkan, yang dapat menghasilkan biogas sebagai produk sampingan.

Mengenal Lalat Tentara Hitam (BSF) dan Maggot
Salah satu daya tarik utama zona ini adalah pengenalan Black Soldier Fly (BSF) atau Lalat Tentara Hitam (Hermetia illucens), serangga tropis yang dikenal sangat efektif dalam menguraikan sampah organik. BSF merupakan jenis lalat yang bersih dan tidak membawa penyakit karena tidak memakan sisa makanan manusia.
Yang digunakan dalam proses pengolahan sampah adalah fase larva (magot), yang sangat rakus dan mampu mengonsumsi berbagai jenis sampah organik dengan cepat. Larva BSF dapat dibudidayakan dengan biaya murah dan berpotensi tinggi sebagai solusi ekonomi dan lingkungan.

Magot dari BSF memiliki kandungan protein tinggi, vitamin, dan mineral yang menjadikannya sangat cocok sebagai:
Pakan ternak (unggas, ikan),Pakan hewan peliharaan (burung, reptil)Bahan baku pembuatan pupuk organik.Budidaya Magot: Praktis dan Bernilai Ekonomi
Dalam zona edukasi ini, pengunjung juga diajak memahami cara budidaya magot. Salah satu teknik yang dikenalkan adalah metode bertahap, di mana sampah dan larva ditambahkan secara berkala dalam wadah tertentu, lalu dipanen setelah mencapai volume optimal. Berbeda dengan metode berkelanjutan yang dilakukan terus-menerus.
Proses conditioning atau pengondisian larva juga diperkenalkan. Ini merupakan tahapan penting sebelum magot dijual atau diolah lebih lanjut, untuk memastikan kualitas dan kemurnian produk. Sebelum diproses, magot biasanya melalui tahap blanching atau pencelupan cepat ke air panas untuk membunuh bakteri dan meningkatkan kebersihan.
Selain itu, pengunjung juga diperlihatkan bagaimana cara menarik lalat BSF betina agar bertelur menggunakan atraktan alami, seperti fermentasi buah atau bangkai lalat, tanpa harus memanen telur setiap hari agar telur tetap berfungsi sebagai atraktan alami.
Mengubah Sampah Menjadi Solusi
Konsep yang diusung Taman Pintar ini tak hanya edukatif, tapi juga solutif terhadap permasalahan sampah. Penggunaan larva BSF berkontribusi terhadap pengurangan volume sampah secara signifikan sekaligus menghasilkan pupuk dan bahan pangan untuk ternak.
Agus Budi Rachman menambahkan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya edukasi berkelanjutan dalam membentuk generasi sadar lingkungan.
Kami ingin menanamkan pemahaman sejak dini bahwa sampah bukan hanya limbah, tapi bisa menjadi sumber daya yang bernilai,” pungkasAgus(Tyo)