
NASIONALTERKINI“ Wellness, bukan sekedar gaya hidup. Tapi cara hidup, “ begitu GKR Bendara membuka sesi pembukaan hari pertama Jogja Cultural Wellness Festival 2025 di Mustika Resort and Spa, 1 November 2025. Penyelenggaraan JCWF untuk yang ketiga kalinya ini diadakan di tiga tempat. Yogyakarta, Surakarta dan Bali. Pagi itu, di bawah cerahnya matahari wajah-wajah cerah yang begitu bugar menghias area JCWF. Sebagian besar usia rata-rata mereka sudah tergolong lanjut. Tetapi tak tampak guratan kelelahan atau ketegangan karena stressing sama sekali. Semangat luar biasa mereka tunjukkan saat menyambut kehadiran putri ke lima Sri Sultan Hamengku Buwono X di tengah-tengah mereka. Inikah gambaran wellness itu?
“ wellness,” lanjut GKR Bendara. “ dalam festival ini bukanlah sebuah perayaan. Tetapi lebih merupakan perjalanan spiritual menuju kesadaran baru. Adanya pencapaian atas keseimbangan antara tubuh, pikiraan dan bumi tempat kita berpijak.” Lebih lanjut beliau seperti mengurai kembali dengan lebih detail mengenai bagaimana hal-hal tersebut bisa dicapai melalui berbagai media. Budaya, misalnya. Banyak sekali kandungan nilai-nilai filosofi dalam budaya Jawa dan manifestasinya yang memiliki nilai wellness sangat tinggi. Larut dalam berbagai bentuk sajian visual interaktif. Karya seni, craft, tradisi bahkan dalam aspek yang banyak diminati masyarakat modern. Kuliner, contohnya. Atau apapun yang kebetulan di Yogyakarta hal itu sangat melimpah. Persoalannya, bagaimana itu bisa disentuh oleh publik dengan kesadaran penuh? Sehingga masyarakat modern bisa mencapainya tanpa harus melalui proses yang panjang.
“ Festival ini,” begitu GKR Bendara melanjutkan. “ akan menjadi ruang perjumpaan antara gerak dan diam. Antara tarikan nafas dan kesadaran. Pada setiap sesi, dari meditasi, yoga, terapi energi hingga lokakarya batin. Semua dirancang untuk peserta bisa memahami makna ‘Suwung’. Kehampaan yang menghadirkan kedamaian sejati.” Sangat bisa dipahami bila apa yang disampaikan beliau itu membutuhkan sebuah upaya tertentu yang cukup panjang. Biasanya, hal ini akan dilakukan oleh komunitas-komunitas yang memang telah memahami tentang pencarian makna kedamaian lewat kebugaran jasmani dan rohani. Tapi bagi masyarakat umum, kadang hal tersebut justru tampak menjadi sesuatu yang harus diraih dengan susah payah. Lalu muncul pertanyaan, kok malah makin rumit cara hidup untuk menggapai hal itu? Sebenarnya hanya sampai mencari pemahamannya upaya hal itu diperlukan. “ Karena hal itu bisa didapatkan dari kehidupan sehari-hari. Melalui musik, karya seni, dan berbagai media yang sudah akrab dengan kehidupan sehari-hari namun belum disadari. Bila saja kesadaran itu kemudian muncul, niscaya hening atau suwung itu akan datang dengan sendirinya. Dan bila hal ini kemudian menjadi bagian dari gaya hidup yang menyehatkan. Dimana orang akan mendapatkan nilai wellness dari hal-hal itu, maka wellness tak lagi menjadi sekadar gaya hidup. Tapi lebih merupakan cara hidup, “ begitu GKR Bendara. Persoalannya lagi, dalam hiruk pikuk dinamika kehidupan yang harus ditempuh oleh masyarakat modern. Masih adakah ruang waktu untuk hal-hal itu?

Pariwisata”itu jawaban tegas GKR Bendara. “ Saya sangat mendorong adanya wisata wellness. Atau wellness tourism di Yogyakarta.” Tentu hal itu merupakan tantangan bagi para insan wisata di Yogyakarta. Sulitkah? Kalau kita menyadari pertumbuhan minat wisatawan yang terus meningkat di Yogyakarta (utamanya domestik), tentu hal itu jadi salah satu kemudahan. Hal lain, sebagaimana disampaikan GKR Bendara sebelumnya bahwa kekayaan budaya di Yogyakarta dan ragam manifestasinya, tentu hal itu sangat membantu adanya sinergitas antara wisata dan wellness dengan cepat. Kata sulit tak lagi relevan khususnya untuk Yogyakarta. Terlebih, tanpa disadari masyarakat sudah akrab dengan istilah healing untuk kegiatan berwisata mereka. Istilah itu mengacu pada tujuan orang berwisata adalah mencari pemulihan kondisi. Atau mencari kebugarannya kembali. Oleh karena diharapkan adanya wisata kebugaran atau wellness tourism justru akan semakin mempertegas khasanah kewisataan di Yogyakarta. Bahwa wisatawan, atau siapapun yang ada dalam lingkaran itu akan dengan mudah mendapatkan arti dan makna kebugaran dari aktifitas wisata mereka yang sesungguhnya. JCWF 2025, menjadi bagian dari wadah terbangunnya wellness tourism itu. JCWF 2025 yang mempertemukan kegiatan wellness dalam rangkaian kegiatannya sengaja menggandeng beberapa stake holder yang memiliki kompetensi akan hal itu. Sebulan di tiap akhir minggu penyelenggaraan, akan banyak sekali ragam yang dipaparkan satu per satu secara utuh dan nyata. Sehingga akan mudah bagi siapapun yang mengakses JCWF 2025 untuk memahami makna dan tujuan wellness tersebut. Termasuk bagaimana upaya sinergi wellness sebagai muatan dan industri pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta akan terbangun dan menjadi leading tourism di DIY. Maka harapan Yogyakarta menjadi Kota Wellness, secara otomatis akan terejawantahkan. (widhie)
