
NASIONALTERKINI.Sosok Lia Mustafa mungkin tak asing lagi di dunia fashion Indonesia, khususnya di Yogyakarta. Desainer yang dikenal lewat label busana Lia Mustafa dan ammalee ini telah menorehkan perjalanan panjang dan inspiratif dalam industri kreatif. Tak hanya sebagai kreator busana, ia juga membangun House of L’MAR—sebuah pusat aktivitas kreatif yang kini menjadi tempat berkumpul para fashion designer muda Yogyakarta untuk berkarya dan berkolaborasi.

Lahir di Bandung, 21 Juli 1964, Lia—yang memiliki nama lengkap Lia Amaliati Retnoningsih—telah lama bergelut di dunia seni. Dari kecil, ia aktif menari, bermain teater, membaca puisi, hingga merancang kostum tari sendiri. Kecintaannya pada seni akhirnya membawanya secara alami ke dunia fashion, meski latar belakang pendidikannya adalah Manajemen Ekonomi dari UPN “Veteran” Yogyakarta.
“Waktu saya berhenti dari dunia kerja setelah menikah, saya justru merasa haus berkarya lagi. Akhirnya saya izin pada suami untuk bekerja dari rumah dan mulai merancang busana,” Jelas:Lia
Membangun dari Nol hingga Mendunia
Perjalanan Lia di dunia fashion tak selalu mulus. Di awal kariernya, ia sempat dianggap terlalu idealis karena gaya desainnya tidak mengikuti tren pasar. Namun bagi Lia, desain yang kuat harus memiliki karakter, makna, dan mampu meningkatkan rasa percaya diri pemakainya. “Idealisme itu punya waktunya sendiri,” ujarnya :Jum’at;28/03/2025 di House of LMAR Galeria Mall lantai 1 Yogyakarta

Tahun 1992 menjadi tonggak awal dengan berdirinya House of L’MAR, awalnya berkolaborasi dengan desainer lain. Namun karena partnernya tidak aktif, Lia pun mengambil peran penuh. Ia belajar dari nol: mulai dari membuat sketsa hingga memproduksi busana sendiri. Pelan tapi pasti, usahanya berkembang—dari dua karyawan menjadi 25 orang.

Namun saat gempa besar melanda Yogyakarta, Lia tidak tinggal diam. Rumah produksinya dijadikan posko bantuan kemanusiaan. Perubahan besar terjadi, tim kerjanya direstrukturisasi menjadi “Tim 10”—sistem manajemen baru yang lebih ramping namun efisien. Konsep ini justru membuka peluang lebih besar, termasuk proyek tiga tahun di Natuna untuk mengangkat motif tradisional lokal seperti motif tikar.

Melahirkan ammalee dan House of L’MAR
Tahun 1999, Lia resmi meluncurkan brand Lia Mustafa lewat fashion show di Hotel Hyatt Yogyakarta, didukung komunitas Junior Chamber International (JCI). Selang beberapa tahun kemudian, lahirlah ammalee—brand fashion yang lebih simpel dan kasual dengan tetap menjaga kualitas dan karakter. Brand ini sempat dibawa hingga ke Korea sebelum pandemi COVID-19 melanda.Ungkapnya

Ketika pandemi menghantam, alih-alih terhenti, Lia justru memperluas kiprahnya. Bersama timnya, ia mengubah House of L’MAR menjadi rumah kreatif bagi desainer muda, pengrajin tas, aksesori, hingga pembatik dari berbagai daerah di Yogyakarta. “Misi kami adalah memperkuat ekosistem fashion lokal. Kami ingin House of L’MAR menjadi tempat tumbuhnya brand-brand baru Jogja,” Papar:Lia.

Salah satu kolaborasi terbarunya adalah dengan pembatik tulis asal Kulon Progo, Tresno Gallery, yang sangat mengapresiasi pendampingan dari House of L’MAR.
Tak Pernah Berhenti Berkarya
Bagi Lia, berkarya adalah kebutuhan jiwa. Ia percaya, belajar tidak mengenal usia. Kini, selain tetap aktif mendesain, Lia juga terlibat dalam berbagai organisasi, seperti (IFC) Indonesian Fashion Chamber Pusat, Lions Club, JCI dan komunitas seni budaya lainnya. Meski telah melangkah sejauh ini, Lia tetap rendah hati dan terus membuka ruang bagi generasi muda.
“Kita tak boleh diam. Dunia terus bergerak. Kita harus ikut bergerak—berkarya, berkontribusi, dan menginspirasi,”Pungkas:Lia(Tyo)