
NASIONALTERKINI. Yogyakarta menghadirkan panggilan lembut untuk kembali pulang. Bukan pulang ke rumah, melainkan pulang ke diri sendiri — menuju kesadaran yang paling hakiki tentang hidup, rasa, dan harmoni.
Konsep ini berakar pada filosofi Jawa “Salarasing Urip”, keselarasan hidup antara wiraga (tubuh), wirasa (rasa), dan wirama (irama). Sebuah ajaran yang mengingatkan kita bahwa keseimbangan bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar manusia.
Dari tanah yang penuh doa dan budaya ini, lahirlah Jogja Cultural Wellness Festival (JCWF) 2025 — sebuah perjalanan spiritual dan kultural yang mengajak manusia kembali menemukan keseimbangan diri melalui praktik kesadaran dan kearifan lokal.

Festival yang digelar di dua lokasi, Mustika Resort (1, 8, 15, dan 22 November 2025) serta Asram Edupark (29–30 November 2025), menghadirkan rangkaian kegiatan seperti yoga, meditasi, peracikan jamu, hingga pertunjukan seni penyembuhan. Semua berpadu dalam suasana yang menenangkan, di mana budaya dan kebijaksanaan tradisional Jawa menjadi fondasi utama.
Sebagai Chairwoman JCWF 2025 sekaligus Head of Tourism Promotion Board Daerah Istimewa Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu Bendara menegaskan bahwa pariwisata berbasis wellness adalah arah baru bagi Yogyakarta.
Wellness tourism bukan hanya tentang perjalanan fisik, tetapi perjalanan kesadaran. Yogyakarta adalah ruang belajar hidup — tempat budaya, spiritualitas, dan keberlanjutan berpadu menjadi satu kesatuan pengalaman yang utuh,” ujarnya.Senin:27/10/2025

Di tengah udara yang sejuk dan aroma tanah basah yang khas, setiap langkah di Yogyakarta seolah mengajarkan satu hal sederhana: urip iku urup — hidup adalah nyala. Nyala yang memberi terang bagi diri sendiri dan sesama, melalui kesadaran, rasa syukur, dan keharmonisan dengan alam.
Melalui Jogja Cultural Wellness Festival 2025, Yogyakarta menegaskan perannya bukan hanya sebagai destinasi wisata budaya, melainkan juga sebagai pusat energi penyembuhan dan kesadaran dunia.
Sebab di kota ini, keindahan tidak hanya untuk dilihat — tetapi untuk dirasakan, dihayati, dan dihidupi.
Dan di setiap tarikan napas, semesta berbisik lembut:Keseimbangan adalah bentuk tertinggi dari kebahagiaan.Tutup:GKR Bendara(Tyo)
