
NASIONALTERKINI. Sleman Jalan hidup kadang tak selalu sesuai dengan rencana awal. Begitu pula yang dialami oleh Retno Widyawati, bidan yang akrab disapa Bu Widya. Siapa sangka, profesi yang kini ditekuninya dengan penuh cinta dan dedikasi, berawal dari dorongan sang ayah almarhum.
“Awalnya saya sama sekali tidak punya cita-cita jadi bidan. Tapi almarhum bapak bilang, kalau jadi guru itu persaingannya banyak. Beliau ingin saya jadi bidan, supaya bisa bermanfaat dan juga bisa mandiri meski tidak jadi PNS,” Ujar: Bu Widya.Minggu:21/09/2025 Saat di Temui di Kliniknya di jln Candi Sambisari no:127 Sleman Yogyakarta

Dorongan itulah yang akhirnya mengantarkan perjalanan panjang pendidikannya. Usai menamatkan SMA di Kristen 1 Salatiga, ia melanjutkan ke D3 Kebidanan di STIKes Utomo Boyolali, lalu menempuh pendidikan D4 dan profesi di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Hingga pada 28 Maret 2010, Bu Widya resmi menjalani praktik pertamanya sebagai bidan.

Meski awalnya penuh tantangan, terutama dalam hal rujukan pasien karena keterbatasan kerja sama dengan rumah sakit, perlahan jalan mulai terbuka. Setelah dua hingga tiga tahun, jaringan dengan rumah sakit sekitar pun terjalin. “Alhamdulillah, akhirnya lebih mudah untuk merujuk pasien yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Kerjasama rumah sakit malah banyak yang menawarkan diri,” ujarnya.

Seiring berjalannya waktu, dedikasi Bu Widya semakin diakui. Baru-baru ini, ia berhasil meraih Juara 1 Bidan Role Model yang diberikan langsung oleh BKKBN. Tak hanya itu, ia juga berkesempatan mengikuti lomba serupa di tingkat nasional. “Untuk hasil nasionalnya masih menunggu pengumuman. Doakan saja, semoga bisa membawa nama baik daerah,” kata Bu Widya penuh harap.

Lebih dari sekadar profesi, bagi Bu Widya menjadi bidan adalah panggilan jiwa. Ia merasa setiap kelahiran yang ia bantu adalah keajaiban baru yang tak ternilai. “Setiap kali mendampingi persalinan, rasanya luar biasa. Itu artinya saya ikut terlibat dalam menghadirkan kehidupan baru ke dunia,” ungkapnya dengan senyum tulus.
Tak jarang, pasien yang datang kepadanya tidak hanya untuk berobat atau melahirkan, tapi juga sekadar berkonsultasi tentang masalah pribadi, terutama seputar keluarga dan program KB. “Ada pasien yang cerita kalau suaminya tidak setuju dengan KB. Saya mencoba mendengarkan, memberi solusi, dan memperlakukan mereka seperti keluarga sendiri. Karena bagi saya, menjadi bidan bukan sekadar profesi, tapi juga amanah untuk hadir di tengah masyarakat,” jelasnya.
Bu Widya juga menitipkan pesan khusus untuk perempuan, terutama generasi muda yang sedang merintis karier. “Apapun profesinya, asalkan dijalani dengan tekun dan penuh cinta, pasti akan menghasilkan sesuatu yang indah. Tidak hanya bermanfaat untuk diri sendiri, tapi juga bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain,” pesannya penuh makna.
Kini, dengan prestasi yang diraihnya, Bidan Retno Widyawati menjadi teladan bagaimana dedikasi, ketulusan, dan dukungan keluarga bisa mengantarkan seseorang pada kesuksesan. Dari ruang bersalin yang penuh haru hingga panggung penghargaan, kisah hidupnya adalah inspirasi bahwa profesi mulia ini bukan hanya tentang membantu kelahiran, tetapi juga tentang menumbuhkan kehidupan baru dalam banyak arti.Tutup:Bu Widya(Tyo)