NASIONALTERKINI– Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid mengatakan Guna menjalankan amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Selasa (13/8) menyelenggarakan Program Residensi Pemajuan Kebudayaan Tahun 2024.
Kegiatan ini merupakan bentuk pelaksanaan pembinaan yang termuat dalam salah satu di antara 4 aspek penguatan tata kelola kebudayaan lainnya, yakni pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan. “Target pembinaan adalah para pelaku budaya dan komunitas budaya, baik dalam negeri maupun luar negeri, bersama para ahli dalam bidangnya yang tersebar di 3 lokasi pelaksanaan dengan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK), yaitu Tari Topeng Losari, Cirebon, Jawa Barat; Musikalisasi Pantun dan Tradisi Lisan, Pekanbaru, Riau; dan Olahraga Tradisional Jemparingan, DIY.
Pelaku Budaya Internasional yang berpartisipasi pada program ini berasal dari Australia, Meksiko, Italia, India, Kanada, Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Kolombia, India, Ekuador, Thailand, Mesir, Filipina, Yordania, dan Polandia. Pelaku Budaya Internasional tersebut akan berkolaborasi dengan Pelaku Budaya Nasional yang telah terseleksi sejumlah 30 orang beresidensi di ketiga tempat di atas bersama para ahli di masing-masing bidangnya,”tuturnya.
Hilmar Farid menjelaskan Kolaborasi ini menjadi bentuk diplomasi budaya Indonesia, juga menjadi upaya dalam memperluas dan memperkuat jejaring pelaku budaya Indonesia di kancah Internasional. “Kami berharap para peserta dapat berkolaborasi menghasilkan karya baru yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kapasitasnya dalam pemajuan kebudayaan Indonesia dan bermanfaat dalam memperluas jejaring para pelaku budaya kita di dunia internasional. Oleh karena itu, keberlangsungan program ini tentunya perlu didukung, mengingat manfaat jangka panjangnya bagi Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan, Restu Gunawan, menuturkan bahwa aspek pembinaan terhadap OPK juga sangat penting dalam menjalankan amanat UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. “Kami berharap program Residensi Pemajuan Kebudayaan ini menjadi sarana untuk melestarikan budaya Indonesia, sekaligus memperkenalkannya kepada generasi muda sebagai bentuk pembinaan para pelaku budaya. Keluaran program ini diharapkan dapat menciptakan bentuk– bentuk kolaborasi pelestarian OPK berupa karya kreasi baru atau bentuk lainnya dari hasil residensi atau pembelajaran intensifnya bersama pelaku budaya. Hasil dari kolaborasi tersebut, nantinya akan ditampilkan di Halaman Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta,” ucapnya.
Salah satu Peserta Asal Australia Aryo Seno Hool (27) mengatakan Saya sangat antusias ketika bisa mendapatkan pengetahuan baru tentang keberagaman seni budaya Indonesia. Musisi blasteran Yogyakarta-Australia itu mengaku memiliki kedekatan budaya dengan Indonesia dan telah mempelajari musik karawitan khas Jawa, Sunda, dan Bali selama mengikuti program darmasiswa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Kali ini ia berharap bisa belajar lebih banyak tentang musik dari Indonesia, utamanya dari Riau.
“Musik Riau berbeda sekali dengan Jawa. Saya ini setengah Yogyakarta, jadi sudah belajar juga tentang karawitan dan sebagainya, tetapi alat musik calempong ini menarik. Ada kehidupan di balik musiknya dan layak untuk dikenalkan lebih luas,” katanya. (dio/rti)