JOGJABERITA- Badan Musyawarah Museum (Barahmus) DIY bersama dengan Dinas Kebudayaan DIY menggelar Festival Museum Yogya 2022 di Exhibition Hall Ground Floor Sleman City Hall, Senin (15/8). Total ada 39 museum se-DIY yang mengikuti gelaran ini.
Ketua Umum Barahmus DIY Ki Bambang Widodo mengatakan kegiatan ini dibiayai oleh Dana Keistimewaan Pemerintah DIY. Festival Museum Yogya kembali digelar untuk memberikan edukasi dan mengokomunikasikan koleksi-koleksi museum yang ada di DIY kepada masyarakat.
Pasca pandemi Covid-19, kunjungan ke museum terbilang rendah. Terakhir dia mencatat pada 2019 ada sebanyak 4,5 juta jumlah kunjungan museum di DIY.
“Saya senang Festival Museum Yogya tahun 2022 kembali berkibar. Selama pandemi tetap digelar, tapi secara virtual. Jadi disamping melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan, juga mengomunikasikan koleksi museum masing-masing kepada masyarakat untuk pendidikan, penelitian, dan kesenangan,” jelasnya saat ditemui di Exhibition Hall Sleman City Hall, Senin (15/8).
Bambang menambahkan ada sebanyak 41 museum yang terdaftar dalam keanggotan Barahmus DIY. Sementara itu ada satu calon museum, dan 18 bakal calon museum. Beberapa museum masih tercatat belum bisa memenuhi sejumlah persyaratan. Diantaranya tempat yang belum tetap atau masih menyewa dan belum mendaftarkan diri secara resmi ke Barahmus DIY.
Meski demikian, pihaknya berkomitmen untuk terus memberikan binaan pada calon dan bakal calon museum di wilayah DIY. Ke depan DIY ditargetkan bisa mendapatkan gelar Kota Museum. “Harapannya, museum yang belum memenuhi syarat bergabung pada museum yang sudah memenuhi syarat, sehingga bergabung saling mengisi.
Tentunya dengan difasilitasi oleh dinbud kota atau kabupaten, memetakan dari museum persyaratan apa yang bekum dipenuhi,” katanya.
Menurutnya, Dinas Kebudayaan DIY maupun di tingkat kabupaten/ kota telah berperan aktif dalam kemajuan museum di DIY. Misalnya dengan adanya program wajib kunjung museum.
Bambang mengatakan program ini efektif meningkatkan jumlah kunjungan di museum yang kurang mendapatkan atensi dari masyarakat.
“Misalnya Museum Taman Tino Sidin (Bantul). Sebelumnya tidak mendapat jatah wajib kunjung museum. Tapi begitu mendapat jatah, akhirnya berbondong-bondong mendatabgi di sana,” ungkapnya. (tio/red)