JOGJABERITA – Istri Mbah Marijan, Ponirah meninggal dunia, Senin pagi (1/5) sekitar pukul 07.20 WIB. Ponirah wafat diusia senjanya, yakni 93 tahun.
Anak keempat Mbah Marijan, Asih menuturkan sang ibu meninggal di kediamannya di kompleks hunian tetap Karang Kendal, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Sementara jenazah almarhumah Ponirah dimakamkan di Sasonoloyo Padukuhan Srunen, Glagaharjo, Sleman. Ponirah dikebumikan berdekatan dengan makam Mbah Marijan.
“Itu wasiatnya ibu. Wasiatnya kalau nanti saya meninggal, nanti aku dikuburkan di dekatnya bapak,” ujar Asih, Senin (1/5).
Asih menuturkan, Ponirah meninggalkan 5 anak dan 13 cucu. Menurutnya, Ponirah merupakan sosok yang dikenal sederhana. Ibunya juga tak pernah membedakan perlakuan dan kasih sayang antar anak dan cucu.
“Simbok itu begitu. Momong anak putu. Tidak membedakan, itu anak maupun cucu,” ujarnya.
Asih merupakan anak keempat Mbah Marijan dan Ponirah dari 5 bersaudara. Dia diberi amanah oleh Hamengkubuwono X untuk menjadi juru kunci Merapi, melanjutkan tugas sang ayah usai wafat pada 2010 lalu.
Sementara itu, Rejo Diyono, adik sepupu Mbah Marijan mengatakan Ponirah merupakan sosok yang setia dan sederhana. Selama Mbah Marijan menjadi juru kunci Gunung Merapi, Ponirah selalu setia mendampingi. Meski kini anak-anaknya telah berkecukupan, hidupnya masih tetap sederhana.
“Sosoknya biasa saja, sederhana. Mbakyuku itu manusia biasa. Uripnya sederhana. Anak-anaknya (sukses) menjadi pegawai. Si Asih sekarang menggantikan Mbah Marijan.
Si Panut sekarang berjualan di petilasan Kinahrejo. Yang lain, ada juga yang (tinggal) di Jakarta,” ujarnya. (iin/ety)