NASIONALTERKINI. Pengelolaan sanitasi yang ramah lingkungan menjadi fokus utama di berbagai destinasi wisata di Yogyakarta. Agus Budi Rachman, selaku pengelola Taman Pintar dan Sekretaris Jenderal PUTRI (Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia), mengatakan bahwa masalah sampah merupakan tantangan serius yang harus diatasi dengan pendekatan berkelanjutan.
Dalam sebuah acara pelatihan yang diadakan di Hotel Lynn, Jl. Jogokaryan No.82, Mantrijeron, Yogyakarta, Agus menyampaikan bahwa peningkatan jumlah wisatawan berdampak langsung pada penumpukan sampah. “Dengan kunjungan harian mencapai 1.500 orang, sampah yang dihasilkan dapat mengisi setengah truk dalam sehari,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa di kota-kota besar saat ini belum tersedia fasilitas pembuangan sampah yang memadai, sehingga pengelolaan sampah harus dilakukan secara industri, sebagaimana dilakukan di negara-negara maju.
Salah satu solusi inovatif yang diusung adalah penggunaan black soldier fly atau tentara hitam. “Lalat hitam ini mampu mencerna sampah organik secara alami. Kepompong yang dihasilkan bisa menjadi pakan burung, sedangkan hasil olahan sampahnya dijual sebagai pupuk dan dikemas menjadi bibit tanaman yang bisa dijual kepada wisatawan,” jelas Agus. Metode ini tidak hanya mengurangi volume sampah tetapi juga memberikan nilai tambah ekonomis bagi pengelola wisata.
Agus juga menyoroti pentingnya pemisahan sampah menjadi plastik dan organik sejak di sumbernya. “Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk, sementara sampah plastik harus dikelola dengan benar agar tidak mencemari lingkungan. Di Taman Pintar, pengelolaan sampah ini telah mengurangi biaya operasional tahunan sebesar 20-30 juta rupiah,” tambahnya.
Selain itu, Agus menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan. “Menjaga kebersihan adalah sebagian dari iman. Desa-desa menjadi garda terdepan dalam menjaga kebersihan tempat wisata. Melalui pelatihan dan edukasi, kita membangun kesadaran diri untuk saling belajar dan menjaga lingkungan,” ungkapnya.
Di Bantul, Sumaryadi pengelola Gua Cemara menghadapi tantangan besar terkait sampah. “Setiap minggu, sekitar satu truk sampah dari laut dan pengunjung masuk ke lokasi kami. Dengan lebih dari 100 pedagang yang beroperasi di sekitar gua, sebagian besar sampah yang dihasilkan adalah plastik. Saat ini, kami memisahkan sampah dan melakukan pembakaran sebagai upaya sementara,” ujar pengelola setempat.
Kegiatan pelatihan yang berlangsung dari 12 hingga 14 November 2024 di Dinas Pariwisata Bantul ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengelola wisata dalam menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan. “Sanitasi dan kebersihan adalah kunci utama untuk menciptakan lingkungan wisata yang aman dan nyaman. Dengan pengelolaan sampah yang baik, kita tidak hanya menjaga kebersihan tetapi juga memberikan kontribusi positif bagi lingkungan dan ekonomi lokal,”Agus.
Upaya ini mencerminkan komitmen serius dari pihak pengelola wisata dan pemerintah daerah dalam menciptakan destinasi pariwisata yang tidak hanya menarik tetapi juga berkelanjutan. Dengan kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, diharapkan Yogyakarta dapat menjadi contoh dalam pengelolaan sanitasi ramah lingkungan di sektor pariwisata.Pungkas,Agus(Tyo)