JOGJABERITA– DPRD Kota Yogya menerima audiensi Paguyuban Pedagang Gerobak Malioboro (PPGM), Kamis (24/3).
Para anggota paguyuban menuntut adanya keadilan berupa pemberian lapak seperti yang didapatkan oleh para PKL.
Ketua Pansus Relokasi PKL Malioboro, Antonius Fokki Ardiyanto mengatakan saat ini pihaknya tengah melakukan komunikasi dengan Pemerintah Kota Jogja untuk mendapatkan jalan keluar.
Diantaranya, dia meminta para pedagang gerobak Malioboro untuk dapat diberdayakan menjadi petugas kebersihan.
“Adanya kebijakan relokasi Malioboro maka ada proses pemiskinan rakyat yang menimpa kawan-kawan Paguyuban Pendorong Gerobak Malioboro.
Sesuai dengan konstitusi kan sebenarnya bahwa mendapatkan pekerjaan yang layak itu hak nya rakyat.
Maka kalau berbicara tentang hak nya rakyat itu menjadi kewajiban negara,” kata Fokki usai audiensi di Ruang Rapat DPRD Kota Yogya, Kamis (24/3).
Fokki menambahkan hal ini menjadi urusan bersama baik dari lembaga legislatif maupun eksekutif.
Pasalnya, dia menjelaskan upaya memajukan kesejahteraan umum menjadi salah satu tujuan kemerdekaan yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
“Dalam rangka itu kami telah melakukan koordinasi dengan eksekutif supaya kawan-kawan dan Paguyuban Pendorong Gerobak Malioboro ini bisa dialihfungsikan menjadi tenaga kebersihan di sepanjang Malioboro.
Kalau kita lihat itu sangat mungkin. Apakah itu nanti di dalam perubahan penggunaan Danais yang akan dilakukan bulan Maret ini, atau di APBD Perubahan,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua PPGM Kuat Suparjono mengaku rencana ini tak sesuai dengan tuntutan awal yang dilayangkan.
Pasalnya, sejak awal mereka menginginkan adanya pemberian lapak.
Meski demikian, dia tetap menerima dan menunggu rencana yang telah diajukan oleh pansus relokasi PKL Malioboro kepada pemerintah Kota Yogya.
“Ini yang membuat kami kaget juga karena harapan kami tuntutan kami pertama lapak.
Lapak untuk jenjang ke depan sampai terus untuk kita.
Itu juga sudah kami sampaikan, tetapi Bapak Fokki meminta untuk secara tertulis. Ini bisa menjadi diskusi di paguyuban selanjutnya,” ungkapnya
Kuat mengaku tak mendapatkan pemasukan sama sekali selama tiga bulan. Hingga saat ini, dirinya juga tak pernah menerima bantuan apapun dari pemerintah.
Beberapa anggota Paguyuban Pendorong Gerobak Malioboro juga diketahui telah menjual asset mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baginya, keadaan ini semakin sulit mengingat saat ini mendekati momen bulan suci Ramadan.
“Teman-teman juga bingung menghadapi Ramadhan ini mau berbuka dengan apa, sahur dengan apa,” tutupnya. (ang/red)