NASIONALTERKINI– Pasca pencoblosan dan pembicaraan Pembicaraan terkait pemilihan umum (pemilu) 2024 terus berkembang tersebar tidak hanya di pemberitaan, namun juga di media sosial salah satunya X (dulu twitter).
Pares Indonesia sebagai lembaga analis yang berbasis di Yogyakarta memotret berbagai wacana yang menjadi perbincangan sebulan terakhir pasca pencoblosan di media sosial X. Hasil pemotretan tersebut disampaikan oleh Pares Indonesia melalui rilis analisis yang disampaikan di hadapan awak media di Tetra Coffee, Yogyakarta, Senin (1/4) sore.
Analisa Data Perkumpulan Analis Resiko dan Penyelesaian Konflik (PARES Indonesia Fandi menuturkan Riset PARES bertujuan untuk menangkap reaksi masyarakat baik positif, netral atau negatif di media sosial, terkait kemenangan Prabowo-Gibran usai ditetapkan sebagai paslon capres-cawapres terpilih. “Diketahui, begitu timpangnya sentimen negatif dan positif menunjukkan tidak adanya polarisasi dari wacana di X,” katanya.
Dosen dan Pakar Pemilu dan perilaku Pemilih, Mada Sukmajati mengatakan Meskipun Prabowo-Gibran menang satu putaran, akan tetapi polarisasinya tidak sekuat di dua pilpres sebelumnya.” Euforianya tidak besar padahal menang satu putaran. Berbeda misalnya di Pilpres 2019 ada pembelahan cebong dan kampret,” kata Mada.
Mada menilai Prabowo-Gibran dianggap sebagai penerus program Presiden Jokowi. Untuk itu, atas reaksi masyarakat yang terkesan datar-datar saja menanggapi kemenangan Prabowo-Gibran, kecil kemungkin terjadinya gejolak di masyarakat menanggapi kemenangan paslon nomor 2 tersebut.” Hampir pasti tidak ada, apalagi sampai dikaitkan dengan Reformasi 98,” tuturnya.
Head of Research Department Pares Indonesia, Arga Pribadi Imawan mengatakan, dua poin utama yang bisa ditarik dari data yang disampaikan bahwa person Prabowo dan Gibran menarik perhatian. “Narasi atau bahasa yang muncul dalam tweet netizen untuk Prabowo dan Gibran itu sebetulnya negatif, tapi engagementnya tinggi dan melahirkan premis bagi saya, walau narasi yang diungkapkan negatif selama engagement tinggi maka berpeluang untuk memenangkan kontestasi,” ucapnya.
Menurutnya, konsep politik yang mencuat akhir-akhir ini bisa disebut dengan konsep political drama yaitu konsep politik yang membangun rasa kedekatan pada audiens. “Ini terkonfirmasi ketika kita melihat nuansa negatif yang muncul ke Prabowo dan Gibran justru secara efek itu membangkitkan kedekatan netizen dengan paslon Prabowo-Gibran,” ujarnya. (cio/cyu)