JOGJABERITA– Menindaklanjuti terjadinya erupsi gunung Merapi pada hari Sabtu (11/3) kemarin, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman bersama sejumlah pihak terkait melakukan koordinasi sekaligus memantau kesiapan penanganan bencana di beberapa tempat pada hari Minggu (12/3).
Kegiatan pemantauan dilakukan di beberapa tempat, diantaranya di pos pengamatan Gunung Api Merapi Kaliurang, pos pantau merapi Turgo, Desa Wisata Turgo dan juga bertemu dengan stakeholder pariwisata di Umbulharjo, Cangkringan.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, meminta masyarakat agak tidak perlu terlalu panik, namun dihimbau tetap waspada dan tetap berada di jarak aman.
Disamping itu, ia juga menyebutkan jalur evakuasi dan barak pengungsian saat ini dalam kondisi siap digunakan jika sewaktu-waktu dibutuhkan.
Terkait aktivitas pariwisata dan perekonomian di sekitar gunung Merapi, Danang mengatakan bahwa masyarakat masih bisa melakukan kegiatan tersebut dengan tetap memperhatikan jarak aman.
Untuk itu, bagi masyarakat yang beraktivitas di sekitar gunung Merapi diharapkan bisa turut aktif melaporkan perkembangan aktivitas gunung Merapi kepada pihak yang berwenang.
“Saya harap pelaku wisata, masyarakat, pelaku ekonomi, terus meningkatkan kewaspadaan dan komunikasinya dengan fasilitas apapun, baik dengan HT, HP.
Kepala BPBD Sleman, Makwan, menjelaskan pihaknya telah membuat rencana kontinjensi dampak erupsi ini dengan jarak sejauh 9 kilometer dari kawah Merapi. Dengan begitu, maka ada tujuh Kalurahan yang masuk dalam radius tersebut, diantaranya Glagaharjo, Kepuharjo, Umbulharjo, Purwobinangun, Hargobinangun, Girikerto, dan Wonokerto.
Kalau BPTTKG sudah menyampaikan bahayanya 9 kilometer, maka kami sudah punya skenario tujuh desa teratas ini akan dilakukan evakuasi.
“BPBD Sleman telah menyiapkan sebanyak 32 titik pengungsian. Setiap padukuhan yang ada di tujuh kalurahan teratas juga telah dibekali SOP terkait skenario evakuasi jika terjadi hal yang membahayakan warga,”ujarnya.
Kepala BPTTKG, Agus Budi Santoso, menyampaikan bahwa Merapi mengalami erupsi secara signifikan sejak Sabtu hingga Minggu siang, yakni sebanyak 52 kali. Meski begitu, menurutnya erupsi Merapi sudah terjadi secara terus menerus sejak 4 Januari 2021.
“Jika dikatakan Merapi erupsi hari Sabtu kemarin, iya benar. Tapi sebenarnya Merapi erupsi sudah dua tahun lebih, yakni sejak 4 Januari 2021, dan status siaganya pada 5 November 2020,” jelasnya.
Ia juga berharap para stakeholder dapat menyikapi erupsi ini secara proporsional agar tidak terjadi panik yang berlebihan di masyarakat. Menurutnya masyarakat juga masih bisa beraktivitas seperti biasa di luar zona bahaya erupsi Merapi.
“Sebab Merapi ini juga mempunyai sisi manfaatnya bagi masyarakat, baik itu pariwisata, perekonomian, pertanian, dan lainnya,” tambahnya. (eng/eni)