Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Pameran Silang Saling:Titian dan Undakan, Hasil Karya Kolaborasi Seniman Muda Yogyakarta

Pameran seni "Silang Saling : Titian dan Undakan" resmi dibuka oleh seniman Eko Nugroho Senin (18/7) di Taman Budaya Yogyakarta.

JOGJABERITA– Pameran seni Silang Saling : Titian dan Undakan resmi dibuka oleh seniman Eko Nugroho Senin (18/7) di Taman Budaya Yogyakarta.


Presentasi seni ini diharapkan menjadi ruang belajar dan kolaborasi para seniman dan kurator seni muda Yogya. 

Kegiatan ini merupakan bagian program Asana Bina Seni oleh yayasan Biennale Yogyakarta sejak tahun 2019 sebagai upaya turut serta menjaga keberlanjutan ekosistem seni. 

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, pameran ini pertama kali diadakan secara luring. Hampir selama masa covid-19 banyak kelas dan pameran serupa diadakan secara daring. 

Tema Silang Saling: Titian dan Undakan merupakan refleksi terhadap keragaman pendekatan, media dan isu yang diangkat oleh seniman program Asana Bina Seni 2022. 

Persilangan dan pertemuan beragam hal yang berbeda membuat pameran ini menjanjikan kekayaan medium dan perspektif seniman generasi muda Yogyakarta yang terjaring melalui panggilan terbuka pada februari lalu.


Seniman-seniman yang bergabung telah lebih dulu mengikuti serangkaian kelas sepanjang maret, april hingga mei 2022.

Mereka terdiri dari 8 seniman individual dan 4 seniman kolektif dengan disiplin yang beragam mulai dari lukis, patung, musik/bunyi, hingga tari dan performans. 


Pameran ini menyajikan beragam konteks yang menjadi perhatian para seniman muda dengan perspektif yang berbeda, mulai dari karya yang menggambarkan pencarian makna tubuh dan identitas, penjelajahan tradisi, ritual dan kritisisme atas situasi dan relevansi dengan masa kini.

Penggalian pengetahuan dan kebajikan lokal, disrupsi ruang urban dan lanskap-lanskap yang hilang, hingga pertanyaan terhadap masa depan pasca manusia yang kompleks. 

Kepala Pengelolaan Taman Budaya Yogyakarta Retno Yuliani yang dalam sambutannya memotivasi para penulis muda dan kurator seni yang berkolaborasi agar tidak puas sampai disini.

“jadikan ini sebagai proses belajar, bukan hasil akhir. Karena teman-teman masih perlu memperluas khazanah seni khususnya di Yogyakarta ini” jelasnya. 

Andreas 25 tahun salah satu pengunjung asal Magelang menuturkan ia merasa senang dan ikut bangga melihat karya-karya unik dan kaya akan pesan dipamerkan, bahkan menurutnya pameran ini menjadi semakin seru karena banyak pertunjukan dan permainan yang bisa ia nikmati, seperti permainan tradisional egrang, gangsing bambu dan sebagainya. 

“banyak pesan-pesan yang disampaikan dari seni yang dipamerkan. ‘Euforia’ yang paling menarik karena dia berani menampilkan isu-isu sensitif di masyarakat” ujarnya. (ang/red)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.