Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

ORI DIY Temui Sekolah Tanpa Fasilitas Bagi Difabel

ORI DIY Temui Sekolah Tanpa Fasilitas Bagi Difabel

JOGJABERITA– Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan DIY melakukan pemantauan di SMPN 1 Berbah, Senin (19/9). 
Pemantauan ini dilakukan menyusul adanya laporan atas tidak adanya fasilitas bagi siswa penyandang disabilitas.

Asisten Pemeriksaan Laporan ORI Perwakilan DIY Muhammad Rifki menjelaskan pihaknya telah bertemu dengan kepala sekolah dan guru-guru SMPN 1 Berbah. 

Pihaknya juga sudah mengantongi keterangan sebagai informasi awal. Rifki menyebutkan ada dua siswa yang mengalami keterbatasan pada kakinya.

Satu siswa diketahui masih bisa berjalan meskipun perlahan, sementara siswa lainnya tidak bisa berjalan.

“Sampai dengan tadi kami ke sana memang fasilitas untuk mereka yang menyandang kebutuhan khusus ini memang tidak ada.

Sekolah menyatakan ini siswa pertama kali yang diterima pertama kali melalui PDB (peserta didik baru) yang berkebutuhan khusus,” jelasnya saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (19/9).

Rifki mengatakan meski kedua siswa ini merupakan siswa difabel pertama di SMPN 1 Berbah, tetapi seharusnya tak menjadi alasan sekolah untuk tidak menyediakan fasilitas tambahan bagi difabel. 

Hal ini mengingat telah adanya instruksi sekolah di DIY untuk inklusi atau bisa mengakomodasi kepentingan semua kalangan.


“Mestinya sudah siap sejak pertama instruksi itu diberikan. Tapi memang faktanya di sana fasilitas-fasilitas itu belum ada. Sehingga merepotkan untuk mereka yang berkebutuhan khusus,” ujarnya.

Kepala Sekolah SMPN 1 Berbah Noor Rohmah Hidayati mengaku pihaknya baru kali ini menerima siswa difabel.

Setiap hari, dua siswa difabel memasuki sekolah dengan cara digendong oleh orang tuanya.

“Sampai saat ini gak ada masalah, enjoy saja. Memang perlu jalur khusus seperti kursi roda, dan sekolah belum ada,” katanya.


Dia menambahkan, bangunan SMPN 1 Berbah merupakan cagar budaya, sehingga memerlukan konsultasi dengan Dinas Kebudayaan untuk melakukan perubahan bentuk bangunannya. 


Meski hingga kini fasilitas secara fisik belum ada, tetapi diakuinya pihak sekolah tak henti-henti memberikan perhatian kepada siswa difabel.

Pihak sekolah selalu memberikan informasi termasuk jika ada gelaran lomba.  Hal ini mengingat kedua siswi difabel tersebut memiliki kelebihan lain, yakni tilawah dan melukis.

“Kami baru pertama menerima (siswa difabel) persiapan belum ada. Saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) aturan dinas harus terima (jika ada pendaftar difabel),” ujarnya. 

Waka Sarana Prasarana SMPN 1 Berbah Joko Triyono mengatakan siswa penyandang difabel saat ini duduk di kelas VII. 

Keberadaan dua siswi difabel di SMPN 1 Berbah juga sudah dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Meski saat ini belum ada sarana prasaran bagi difabel, tetapi dia memastikan telah dilakukan penganggaran untuk 2023. 


“Tahun depan, mudah-mudahan ada sehingga bisa meringankan orang tua dan anak sekolah,” ungkapnya. (ong/red)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *