Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Numplak Wajik, Tandai Prosesi Pembuatan Tujuh Gunungan Grebeg Mulud

NASIONALTERKINI– Kraton Yogyakarta memulai rangkaian Hajad Dalem Grebeg Mulud dengan prosesi Numplak Wajik di Panti Pareden Kompleks Magangan pada Jumat sore (13/9). Numplak Wajik adalah prosesi menuang seluruh adonan wajik sebagai isi bakal Gunungan Putri dengan cara membalikkan wadah. Tradisi ini menjadi perlambang kehidupan yang diawali dari rahim seorang ibu dan biasanya dilaksanakan tiga hari sebelum Grebeg.

Prosesi inti tersebut menandai pembuatan calon gunungan atau simbol sedekah raja kepada rakyat yang akan dibagikan saat Grebeg Mulud pada Senin (16/9). Gunungan Estri menjadi satu dari tujuh Gunungan yang akan dibagikan saat prosesi Grebeg Mulud tersebut. Masyarakat dan wisatawan tampak antusias dan tertib menyaksikan salah satu rangkaian prosesi Hajad Dalem dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW 2024.

Rombongan abadi dalem keparak dipimpin Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan (KHP) Datu Dana Suyasa Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi yang datang dari utara Regol Kemagangan tiba dilokasi pada pukul 15.30 WIB. Kedatangan Putri Sulung Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X ini diiringi dengan irama gejog lesung yang dimainkan delapan abdi dalem keparak.

“Numpak Wajik ini bagian dari Grebeg , tentunya kami nyuwun pangestu (mohon doa restu) untuk Grebeg nanti. Grebeg Mulud akan digelar pada tanggal 16 September 2024 nantinya” ujar Gusti Mangkubumi ditemui usai prosesi Numpak Wajik di Panti Pareden, Kompleks Magangan, Jumat (13/9) sore.

Gusti Mangkubumi menyampaikan terdapat tujuh gunungan yang dibuat para abdi dalem dalam.Grebeg Mulud. Gunungan tersebut terdiri dari lima jenis gunungan yang berisikan hasil bumi, wajik, dan rengginang. Sedangkan kelima jenis gunungan ini di antaranya Gunungan Kakung, Gunungan Putri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat dan Gunungan Pawuhan.

Selain perlambang pemberian sang Raja kepada rakyatnya, Gunungan juga merupakan wujud syukur melalui uba rampe gunungan untuk kemudian dibagikan ke masyarakat luas. Usai didoakan, gunungan akan dibagikan beberapa lokasi yaitu Masjid Gedhe, Kompleks Kepatihan, Kadipaten Pura Pakualaman dan Ndalem Mangkubumen. ” Untuk grebeg besok itu ada tujuh gunungan. Maknanya dari Ngarsa Dalem untuk masyarakatnya,” ujarnya.

Carik Kawedanan Radya Kartiyasa Keraton Yogyakarta, Nyi Raden Riya Noorsundari menjelaskan Sebelum upacara Numpak Wajik, dibuka dengan doa yang dipimpin abdi dalem konco kaji. Jodhang atau landasan gunungan mulai dipersiapkan. Alunan gejog lesung yang membawakan gendhing Tudhung Setan pun dimainkan. Selanjutnya adonan wajik dituang pada jodhang lalu rangka Gunungan Putri dipasang.

Lalu terdapat prosesi mengoles singgul atau dinglo bengle oleh abdi dalem keparak pada jodhang. Sinjang songer atau kain panjang dililitkan pada rangka gunungan. Setelah selesai diisi wajik, Gusti Mangkubumi lantas menyematkan kain warna putih biru bermotif Bangun Tulak sebagai simbol tolak bala setelah mustaka atau bagian atas Gunungan Putri yang dipasang oleh Kanca Abrit.

Alunan gejog lesung pun berhenti menandai prosesi Numplak Wajik telah selesai. Sisa Singgul atau lulur herbal kemudian dibagikan kepada abdi dalem dan masyarakat yang hadir di luar Panti Pareden. Prosesi inilah yang dinanti dan menjadi rebutan warga. Setelah mendapatkan Singgul, warga lalu mengoleskannya di belakang telinga dan anggota tubuh lainnya.

“Singgul itu tolak bala terdiri dari dinglo bengle ditumbuk jadi kuning. Biasanya kalau ada mantenan, sripah, dan nyebar udhik-udhik juga ada itu tolak bala. Dioleskan di belakang telinga, sekitar kaki dan tangan. Ini kayak nolak sawan. Singgul terbuat dari tepung beras, kunir dan kencur yang ditumbuk yang digunakan sebagai pelapis landasan setelah wajik diletakkan dalam kerangka gunungan.” tuturnya. (vio/yui)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *