Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Manfaatkan Pemanenan Air Hujan Otomatis, Tim PKM Instiper Yogya Berhasil Tingkatkan Ketahanan Pertanian di Gunungkidul

NASIONALTERKINI -Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta, berhasil mengembangkan sistem memanen air hujan di wilayah Gunungkidul. Sistem ini sedikit banyak membantu Kelompok Tani Giri Muda, di Dusun Koripan I, Kalurahan Sumbergiri, Kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, akhirnya bisa bercocok tanam tanpa takut kekurangan air.

Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Institut Pertanian Stiper (Instiper)Yogyakarta, Mohammad Prasanto Bimantio mengatakan Program ini, menurut Mohammad Prasanto Bimantio, bertujuan untuk membantu Kelompok Tani Giri Muda, yang diketuai oleh Pratomo, dalam menghadapi tantangan kekeringan yang kerap melanda wilayah tersebut.Seperti diketahui Kabupaten Gunungkidul selama ini dikenal sebagai daerah kering dan panas, karena iklim tropisnya.

“Melalui program pemberdayaan ini,Tim PKM Instiper melihat adanya potensi besar untuk memanen air hujan di wilayah Gunungkidul yang selama ini belum dimanfaatkan dengan maksimal. Oleh karena itu, tim melaksanakan program pemberdayaan untuk memperkenalkan teknologi pemanenan air hujan dan pelatihan penerapannya untuk irigasi otomatis pada tanaman hortikultura,”ujarnya Selasa (8/10) .

Ketua Kelompok Tani Giri Muda,Pratomo menuturkan Dengan teknologi ini, Kelompok Tani Giri Muda telah berhasil meningkatkan produksi cabai dan semangka, yang pada akhirnya mendukung produktivitas pertanian dan ketahanan ekonomi masyarakat setempat.

Dengan Pemanenan Air Hujan dan Teknologi Irigasi Otomatis Program ini menawarkan, solusi berupa sistem pemanenan air hujan dari atap rumah, yang kemudian dialirkan kedalam bak penampung dan disaring menggunakan sistem filtrasi untuk menjaga kualitas air. “Sebelum ada sistem pemanenan air hujan ini, kami sering kesulitan mendapatkan air selama musim kemarau. Tapi sekarang kami bisa tetap menanam cabai dan semangka tanpa takut kekurangan air,” ujarnya. 

Pratomo menjelaskan dengan irigasi otomatis ini, kami bisa memastikan tanaman kami mendapatkan air yang cukup pada saat yang tepat.Sistem irigasi otomatis ini memberikan suplai air secara presisi sesuai dengan kebutuhan tanaman, yang diatur melalui durasi penyiraman dan volume air. Teknologi sensor tanah juga disinkronisasikan untuk memantau kelembaban sehingga penyiraman dilakukan hanya saat dibutuhkan. Hal ini menjadikan sistem irigasi lebih efisien dalam pemanfaatan air, terutama dimasa kekeringan.

Selain itu,Kelompok Tani Giri Muda juga memanfaatkan kotoran sapi sebagai bahan dasar untuk memproduksi pupuk kompos. Dengan pengayaan mikroorganisme bermanfaat, pupuk ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas fisikokimia tanah serta kandungan mikroorganisme yang bersimbiosis dengan tanaman hortikultura. Pupuk kompos dari kotoran sapi kami sekarang lebih kaya manfaatnya.“Kami belajar cara menambahkan mikroorganisme agar tanah menjadi lebih subur. Hasilnya, produksi cabai dan semangka kami meningkat pesat,” ujarnya.

Salah satu anggota tim PKM Instiper Amir Noviyanto mengatakan Pupuk kompos juga memiliki kemampuan menyerap lebih banyak air, yang berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas simpanan air dalam tanah serta menyediakan unsur udara secara perlahan bagi tanaman.

Peningkatan Kapasitas Pasca Panen Program pengabdian ini, menurut Mohammad Prasanto Bimantio, juga memberikan pelatihan mengenai teknik pasca panen hortikultura, termasuk pengepresan dan pengemasan. Teknik pengepresan menggunakan plastik untuk melapisi sayuran dan buah-buahan bertujuan untuk meminimalisir kontaminasi bakteri penyebab kebusukan, sementara pengemasan yang baik dapat mengurangi risiko kerusakan selama proses distribusi.”Kami mengedukasi terkait pentingnya pengemasan yang baik agar produk kami tidak rusak selama distribusi,” katanya. (rty/cvi)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *