NASIONALTERKINI– Komunitas Banyu Bening menyelenggarakan kegiatan kenduri banyu udan IX yang berlangsung di Pelataran Sekolah Air Hujan Banyu Bening, Padukuhan Tempursari, Kalurahan Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman, Senin (9/9). Kegiatan ini diselenggarakan Sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT atas air yang melimpah serta melestarikan tradisi budaya yang sudah ada sejak lama dalam masyarakat.
Prosesi kenduri banyu udan diawali dengan pertunjukan tari ‘Udan Riris Mangenjali’ yang merupakan tarian tradisional sarat dengan makna filosofis yang berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat agraris serta keyakinan spiritual.
Ketua Komunitas Banyu Bening Sri Wahyuningsih menjelaskan Tarian Udan Riris Mangenjali adalah simbol kesuburan dan kehidupan yang berarti hujan rintik-rintik menggambarkan datangnya hujan yang dinantikan oleh petani untuk menyuburkan tanah. Karena hujan dianggap sebagai sumber kehidupan sehingga tarian ini menjadi wujud syukur masyarakat atas karunia air yang diberikan oleh alam.
“Kenduri ini menjadi cara untuk menunjukkan rasa syukur atas berkah hujan dengan air yang mencukupi kebutuhan hidup manusia.Selain memiliki makna spiritual, tarian tersebut juga mengandung nilai penting dalam pelestarian budaya dan identitas lokal, serta menjadi salah satu cara masyarakat menjaga tradisi sekaligus memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda sebagai ekspresi seni yang diwariskan dari generasi ke generasi,”tuturnya ditemui usai acara.
Sementara itu Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)Pangarso Suryotomo mengatakan Saya mengapresiasi dan mendukung adanya kegiatan Kenduri Banyu Udan yang dilakukan Komunitas Banyu Banyu Bening IX karena sejalan dengan pendekatan kearifan lokal dalam mitigasi bencana.
Kegiatan kenduri ini mengedepankan penghormatan terhadap alam dan siklus air yang dianggap penting dalam membangun kesadaran masyarakat mengenai perubahan iklim, musim hujan, serta potensi bencana banjir maupun kekeringan yang bisa terjadi.
Tari Udan Riris Mangenjali juga mengingatkan bahwa kehidupan manusia bergantung pada siklus alam, termasuk hujan sekaligus mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya menjaga dan merawat alam demi kelangsungan kehidupan yang berkelanjutan.
“Melalui gerak tari yang lemah lembut, tarian ini menunjukkan hubungan harmonis yang diharapkan manusia dengan alam sekitarnya khususnya air yang merupakan elemen vital dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya. (cui/eng)