JOGJABERITA – Tak pernah terpikir dalam benak seorang pemuda warga Berbah, Sleman bernama Harun Yahya untuk bisa berangkat menunaikan ibadah haji. Harun, sapaannya, berangkat menjalankan salah satu rukun islam itu di usia 18 tahun untuk menggantikan posisi sang ayah.
Ayahnya, Anifudin Aziz meninggal dunia pada tahun 2021 silam, sebelum sempat menginjakkan kaki di tanah suci. Perasaan senang dan sedih campur aduk dia rasakan. Kamis siang (25/5), Harun mulai mengemas barang-barang yang hendak dia bawa ke tanah suci. Mulai dari pakaian, kain ihram, hingga obat-obatan. Semua dia siapkan dalam dua buah koper.
“Awalnya agak terkejut. Perasaan senang sekaligus sedih. Senang karena Alhamdulillah bisa naik haji di umur yang masih muda. Tapi sedih karena sebagai pengganti ayah,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya di Kapanewon Berbah, Sleman, Kamis (25/5).
Nantinya Harun akan berangkat seorang diri ke tanah suci pada 6 Juni hingga 19 Juli 2023. Dia telah membekali diri dengan berbagai persiapan. Misalnya dengan melihat video-video yang berkaitan dengan aktivitas ibadah haji.
Dia juga mulai menjaga asupan makanan guna memastikan kesehatan dan kebugaran tubuhnya prima saat menjalankan ibadah di Mekah.
“Mulai membenarkan bacaan-bacaan Al-Quran. Baca-baca, doa-doa termasuk doa sunnah kan ada banyak,” tambahnya.
Mahasiswa UGM semester dua ini mengaku telah mencatat satu demi satu doa yang hendak dia panjatkan di depan ka’bah. Tak hanya doa bagi dirinya sendiri, dia juga turut memasukkan doa-doa titipan dari orang terdekatnya dalam daftar doa yang hendak dia panjatkan.
“Kalau doa sudah saya list dari jauh-jauh hari. Ada titipan dari teman, dari keluarga. Yang jelas dunia akhirat untuk ayah, ibu, keluarga, perkuliahan supaya bisa cumlaude,” ujarnya.
Sementara itu ibunda Harun, Ika Murni Rahayu menjelaskan sejatinya dia dan suaminya lah yang berangkat ke tanah suci. Namun, karena penyakit kanker yang diderita suaminya, suaminya meninggal dunia pada tahun 2021. Jatah kursi lantas diberikan pada anak pertamanya.
Seharusnya Ika dan Harun berangkat bersama pada tahun 2022. Namun saat itu usia Harun masih belum cukup, yakni baru menyentuh usia 17 tahun. Sehingga keberangkatan Harun harus ditunda satu tahun berikutnya.
“Saya dan suami memang sudah mendaftar sudah dijadwal harusnya berangkat tahun 2020. Karena Covid-18 jadinya ditunda. Akhirnya kursinya beliau dialihkan ke anak saya yang pertama.
Suami saya juga bersedia. Saat 2022 sudah mulai haji lagi harusnya memang berangkat dengan saya, tapi memang umurnya belum memenuhi syarat masih 17 tahun. Akhirnya anak saya ditunda lagi,” jelasnya.
Ika berusaha untuk memantapkan hati anaknya berangkat ke tanah suci. Dia juga terus memberikan motivasi pada Harun hingga tergerak hatinya dan semangat untuk menunaikan ibadah haji.
“Saya berangkat sendiri, lalu tahun ini Alhamdulillah ada panggilan lagi keluarga saya. Terus saya berikan semangat motivasi agar dia mantep mau berangkat.
Alhamdulillah anaknya mau bersedia. Kami mengikuti manasik dari kabupaten, kapanewon, dan belajar sendiri juga. Insya Allah anak ini sudah mantep, sudah semangat,” ungkapnya. (iin/eng)