Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Iva Kusdiyarini : Perundungan dan Masalah Keluarga Jadi Penyebab Gangguan Kesehatan Jiwa di Kota Yogya

Iva Kusdiyarini : Perundungan dan Masalah Keluarga Jadi Penyebab Gangguan Kesehatan Jiwa di Kota Yogya

JOGJABERITA– Psikolog Puskesmas Gondokusuman 1 Inggit Kartika Sari menyebut kasus perundungan dan masalah keluarga menjadi keluhan gangguan kesehatan jiwa paling banyak dia terima sepanjang bulan Januari 2023. 

Kebanyakan kondisi ini terjadi pada anak hingga remaja usia sekolah dan menyebabkan anak menjadi mogok sekolah.  Inggit mengatakan tak kurang dari lima anak dan 10 remaja datang ke Puskesmas Gondokusuman 1 untuk melakukan konsultasi.


“Anak lebih ke mogok datang ke sekolah. Kalau anak remaja SMP beberapa kasus kemarin ada terkait bullying atau masalah keluarga, sehingga dia menolak untuk berangkat sekolah. Ini kasus yang akhir-akhir ini ditemui,” kata Inggit saat ditemui di Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogya, Selasa (24/1).

Pihaknya gencar melakukan upaya skrining. Utamanya di lingkungan sekolah-sekolah. Ini untuk mendeteksi adanya risiko gangguan kesehatan jiwa yang terjadi pada anak usia sekolah.

Biasanya skrining kesehatan jiwa di sekolah dilakukan setahun sekali. Inggit menyebut gangguan kesehatan jiwa juga bisa terlihat dari perilaku anak.

Sering kali anak berperilaku terlalu aktif di kelas, beperilaku agresif seperti memukul temannya, hingga adanya keterlambatan berbicara. Jika ditemui anak dengan risiko gangguan kesehatan jiwa, psikolog lantas memberikan edukasi dan motivasi.

“Anaknya diedukasi, diberi motivasi. Kita ajak diskusi terkait apa yang bikin tidak nyaman, nyaman, mengapa takut. Karena itu tidak mudah.

Ada anak yang tidak bisa ngomong, sehingga harus ada media narasi. Tidak semua anak bisa mengungkapkan perasaannya terang-terangan,” ungkapnya.

Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular dan Kesehatan Jiwa Dinkes Kota Jogja Iva Kusdiyarini menjelaskan pihaknya turut menggandeng remaja untuk menjadi konselor kesehatan jiwa. 

Sejauh ini telah ada 5 sekolah yang aktif menjadi Sekolah Sehat Jiwa. Di masing-masing sekolah tersebut setidaknya ada 3 konselor diantaranya satu guru dan dua siswa.

“Jadi kita orientasi gurunya, perwakilan murid dilatih agar mereka bisa menjadi konselor sebaya di sekolahnya.

Jadi bisa menemukan kalau ada hal-hal yang bermasalah, mereka menjadi teman curhatnya.  Kalau mereka membutuhkan tata laksana lebih lanjut mereka akan diarahkan ke puskesmas,” kata Iva. (eni/evi)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *