Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

GIK UGM Siap Gelar The Life of Butoh, Kolaborasi Seniman Dua Negara

NASIONALTERKINI– Gelanggang Inovasi & Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK UGM), akan menyelenggarakan acara internasional Butoh bertajuk “The Life of Butoh”. Event ini akan menampilkan empat performer dari Jepang dan enam performer dari Indonesia tanggal 4-6 September.

Kolaborasi seniman Butoh dari dua negara ini sekaligus sebagai fasilitator pertukaran budaya lintas negara untuk melestarikan warisan budaya global. Ini merupakan kesempatan langka untuk menyaksikan Butoh di Yogyakarta, setelah terakhir kali acara serupa digelar di kota ini 15 tahun yang lalu. 

Chief Program Officer GIK UGM, Garin Nugroho, Chief Program Officer GIK UGM, menyatakan bahwa kehadiran event Butoh di GIK UGM merupakan respon terhadap minat global terhadap seni yang menggugat konsep tubuh. “Saat ini, tubuh telah menjadi elemen penting dalam gaya hidup modern, sering dijadikan objek untuk dipamerkan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di media sosial. 

Namun, dalam proses ini, tubuh yang ideal sering kehilangan realitas dan pengetahuan mendalam tentang dirinya sendiri. Butoh hadir sebagai ekspresi tubuh yang membongkar sisi gelap dan sekaligus mengeksplorasi hakekat tubuh itu sendiri. Diciptakan pada era 1950-an, bersamaan dengan perkembangan seni avant-garde di Eropa, Butoh muncul sebagai bentuk seni yang menantang pemahaman konvensional tentang tubuh dan telah menarik perhatian dunia dengan cara yang unik dan provokatif,” tutur Garin Nugroho.

Head of Community & Experience GIK UGM, mengungkapkan Bambang Paningron, mengungkapkan bahwa The Life of Butoh diadakan di GIK UGM untuk mengeksplorasi kecenderungan seni pertunjukan di Asia dan dampaknya di berbagai belahan dunia. “Butoh memberikan inspirasi tentang kebebasan berekspresi, memungkinkan seniman untuk mengeksplorasi gagasan secara mendalam dan menampilkannya dalam bentuk yang abstrak. 

Dengan memanfaatkan tubuh sebagai media ekspresi yang sangat kuat, Butoh menghadirkan pandangan baru tentang seni pertunjukan. Gejala ini sangat menarik untuk dikaji karena Butoh terus mengalami metamorfosis, mengikuti perkembangan zaman dan berubah sesuai dengan gagasan dan tubuh yang baru,” terangnya.

Chief of Program GIK UGM Aji Wartono menekankan pentingnya menampilkan seni Butoh di GIK UGM. “Sebagai entitas yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan, estetika (seni budaya), dan teknologi, sinergi antara ketiga aspek ini akan lebih optimal jika diapresiasi oleh mahasiswa, pelajar, dan masyarakat umum. 

“Ilmu pengetahuan mendorong kemajuan, seni budaya menyempurnakan kehidupan manusia, dan GIK UGM memberikan ruang tersebut melalui The Life of Butoh. Selain itu, mempelajari dan melihat seni budaya dari luar budaya kita sangat penting untuk memperluas wawasan serta mengembangkan seni dan budaya kita sendiri,” paparnya. (vio/pio)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *