JOGJABERITA– Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi (BMKG Staklim) DIJ mencatat beberapa hari terakhir suhu udara di wilayah DIY terpantau cukup rendah jika dibandingkan dengan hari-hari biasa di musim kemarau.
Suhu udara pada tanggal 21 Juli hingga 26 Juli 2022 rata-rata mencapai 18,7 – 23,4 derajat celcius. Kelembaban udara juga terukur sebesar 45 persen.
Kondisi ini kerap disebut dengan fenomena bediding atau suhu dingin di tengah musim kemarau.
“Diperkirakan kondisi tersebut berlangsung hingga Agustus 2022, puncak musim kemarau,” kata Kepala Kelompok Data BMKG Staklim DIY Etik Setyaningrum melalui pesan singkat, Rabu (27/7).
Sebagai perbandingan, pihaknya mencatat suhu minimum periode di bulan Juli pada 2015 hingga 2021 rata-rata mencapai 22,9 derajat celcius. Sedangkan suhu terendah terjadi pada 5 Agustus 2018 mencapai 17 derajat celcius.
Etik menjelaskan ada beberapa faktor penyebab terjadinya fenomena bediding di DIY.
Diantaranya, adanya pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia. Kondisi ini disebut juga dengan Monsoon Dingin Australia.
“Tutupan awan relatif sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan, sehingga langsung terbuang dan hilang ke angkasa,” katanya.
Etik mengatakan, fenomena bediding ini juga disebabkan oleh menipisnya kandungan air di dalam tanah.
Selain itu, kandungan uap air udara juga dinilai rendah. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya tingkat kelembaban udara.
Dia mengimbau, masyarakat senantiasa dapat menjaga kekebalan tubuh. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mencukupi kebutuhan cairan tubuh.
“Pada malam hari gunakan pakaian atau selimut yang tebal. Disarankan juga untuk menggunakan krim atau pelembab kulit,” imbaunya. (ang/red)
