NASIONALTERKINI– Pemkot Yogyakarta menggelar Seminar Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan 2024 yang diselenggarakan oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta Kamis (14/11)di Ruang Kunthi, Komplek Balai Kota Yogyakarta. Mengambil tema “Lindungi Semua, Penuhi Hak Korban, Akhiri Kekerasan Terhadap Perempuan”, acara ini menjadi wadah bagi berbagai pihak untuk berdiskusi dan berbagi informasi terkait upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan.
Kepala DP3AP2KB Kota Jogja Retnaningtyas menyampaikan, seminar Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan di tahun 2024 ini sudah diadakan pihaknya beberapa kali. Yang pertama, peserta yang disasar adalah para pemangku kepentingan, disusul dengan masyarakat secara umum. “Yang ketiga hari ini adalah kita mengundang teman-teman media. Kenapa ini penting karena teman-teman media inilah yang membantu bagaimana sih memberitakan ke masyarakat secara luas, memahamkan kepada masyarakat tentang arti pentingnya sebuah kekerasan, penanggulangannya, seperti apa pencegahannya, seperti apa ke mana harus melapor dan lain sebagainya, sehingga kami mengajak kerjasama dengan teman-teman media ini untuk memberikan edukasi juga kepada masyarakat terkait dengan pentingnya perlindungan terhadap perempuan, terhadap anak,” jelasnya.
Retnaningtyas mengatakan Saya berharap, dari acara ini jurnalis bisa berimbang dalam memberitakan berita terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak. Karena selama ini menurut dia ada pemberitaan yang terkait dengan korban perempuan dan anak, yang justru korbannya yang lebih di-blowup nama dan latar belakangnya, tetapi malah pelakunya yang ditulis hanya inisialnya saja.“Harapan kami ke depannya akan mulai berubah, karena korban harus dilindungi,” ujarnya.
Retnaningtyas menambahkan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Jogja angkanya termasuk rendah untuk level nasional. Itupun jumlahnya menurun dari tahun lalu. Meskipun rendah, pihaknya terus berupaya menekan angka kekerasan terhadap perempuan di Kota Jogja.
“Yang pertama kami bekerja sama dengan beberapa OPD dan instansi terkait juga untuk mengurangi kekerasan yang ada di Kota Yogyakarta ini. Kemudian kita juga membentuk lembaga-lembaga, kader-kader yang ada di masyarakat untuk memberikan pendampingan pendampingan secara langsung kepada masyarakat. Kemudian kita juga memberikan pelatihan-pelatihan, baik itu pelatihan terkait dengan kekerasan, pelatihan dari segi ekonomi, dan saat ini yang terbaru kita juga bekerjasama dengan Kementerian Agama. Bagaimana kita memulai bimbingan calon pengantin ini dengan penguatan kualitas keluarga, sehingga harapannya dengan keluarga yang ditingkatkan kualitasnya, nanti angka kekerasan akan semakin turun,” katanya.
Konselor Hukum Rifka Annisa Women’s Crisis Center Nurul Kurniati, menerangkan, untuk data nasional, di tahun ini memang ada kenaikan kasus kekerasan terhadap perempuan. Tapi ada satu hal yang patut diapresiasi, yakni semakin banyak masyarakat, khususnya perempuan yang melaporkan kasus kekerasan.“Bagus karena masyarakat mulai apa namanya untuk berani ya, artinya karena kita seringkali melakukan sosialisasi memberikan penyadaran kepada masyarakat untuk tidak takut melaporkan kasus kekerasan yang terjadi terhadap perempuan dan anak, sehingga kemudian perempuan sudah banyak yang berani untuk melaporkan kekerasan yang dialaminya,” katanya.
Nurul Kurniati menambahkan, di tahun 2024 ini sampai bulan November kurang lebih hampir 100 laporan kekerasan terhadap perempuan yang masuk ke pihaknya. Di DIY, kasus kekerasan yang terjadi menurutnya paling banyak di wilayah Kabupaten Sleman.“Karena di sana banyak kampus, terus banyak pusat industri. Karena sekarang [kekerasan terhadap perempuan] juga tidak hanya menyasar di kampus, juga tetapi juga di perusahaan-perusahaan,” ungkapnya. (zwq/qad)