JOGJABERITA – Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan Dinas Kebudayaan/Kundha Kabudhayan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menyelenggarakan pertunjukan tari kontemporer yang bertajuk “mahasyahdu titi laku” di Situs Warungboto, Yogyakarta, pada (5/12) sore dipentaskan oleh delapan penari perempuan dan delapan penari laki-laki dari ISI Yogyakarta.
Pementasan tari yang melibatkan sejumlah kolaborator di antaranya Uti Setyastuti sebagai (koreografer), Memet Chairul Slamet sebagai (komposer), Koes Yuliadi sebagai (dramaturg), Erlina Pantja Sulistyaningtas sebagai (penata busana), dan Dindin Heryadi sebagai (host manager), merupakan kegiatan yang diinisiasi Taman Budaya Yogyakarta (TBY) dan Dinas Kebudayaan Kundha Kabudhayan DIY.
Lewat pertunjukan tari ini, kolaborator ingin memperlihatkan kekuatan karya perempuan mereka dalam menghadapi permasalahan.
Sebuah ruang memiliki sekian ragam peristiwa. Seperti halnya perempuan yang mempunyai berbagai macam peristiwa dalam kehidupannya. Saling silang dan kait kelindan antara peristiwa-peristiwa tersebut memperkaya perspektif diri perempuan. Diri perempuan pun menjadi ruang bebas, yang terbuka akan interpretasi di setiap era.
Meski begitu, setiap diri perempuan memiliki hasrat, imaji, dan pandangan yang berbeda antara satu dengan lainnya. Maka, sudah saatnya perempuan merebut ruangnya, menceritakan kisahnya sendiri secara utuh, menyeluruh.
Situs Warungboto/Umbul Warungboto/Pesanggrahan Warungboto/ Pesanggrahan Rejowinangun adalah tempat peristirahatan dan pemandian yang dibangun oleh Gusti Raden Mas Sundara (HB II) saat masih menjadi putera mahkota.
Sejarah dan Asal-Usul Nama-Nama Kampung, 2020) menengarai bahwa Pesanggrahan Rejowinangun ini juga pernah digunakan untuk latihan perang Langenkusumo (prajurit perempuan keraton) pada masa pemerintahan Hamengku Buwono II.
“Selain nilai sejarahnya penting bagi Jogja, Situs Warungboto juga punya potensial sebagai objek wisata dan ruang kesenian.
Situs ini banyak dikunjungi wisatawan baik dari Yogya maupun dari luar kota. Bahkan sudah banyak acara-acara seni dilangsungkan di sini,” ujar Uti Setyastuti sebagai koreografer.
Uti menambahkan acara seni di Situs Warungboto mengangkat kekayaan khazanah seni tradisional seperti tarian klasik.
Kali ini, para kolaborator mencoba menawarkan hal baru dengan menampilkan sebuah tari di Situs Warungboto.
“Tujuannya untuk membuka kemungkinan tafsir yang cair terhadap sebuah situs sejarah, sesuai kondisi zaman. Sekaligus merespon sebuah warisan budaya kebendaan dengan tarian sebagai warisan budaya tak benda,” jelasnya. (iin/eko)