NASIONALTERKINI-Manuskrip tentang tari Jawa gaya Surakarta sulit didapat dan dipahami, oleh karena itu diperlukan kejelian untuk membaca maupun menterjemahkan sekaligus mencari manuskrip-manuskrip yang ada di kraton maupun perpustakaan-perpustakaan. Salah satu manuskrip yakni manuskrip Serat Wedhataya.
Wujud asli manuskrip itu berupa tulisan Jawa carik yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa yang kemudian dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia untuk memudahkan telaah atau pengkajian dalam mencari makna yang tersurat pada tulisan tersebut.
Pemilik Serat Wedhataya Antonius Suparno Dipomenggolo menjelaskan Saya memiliki serat ini karena warisan dari bapak saya yang mengulas tari keprajuritan, yang dimaksud serat Wedhataya yakni Wedha artinya ajaran Taya artinya tari. Dalam serat ini tidak hanya ada ajaran tentang tari tetapi setelah saya pelajari tidak hanya ajarannya tetapi filosofinya.
Buku ini memiliki tebal 56 hal 21 cm x16 cm. Berisi filosofi gerakan tari yang berisi 11 jenis tarian. Dijelaskan dalam petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari jenis-jenis tari. Tahun Jawa dimulai dari Tahun 1555 sampai 4150 Jawa sama Masehi. Selisih tahun Masehi dan Jawa untuk tahun 66 dan 67.
Sedang isi naskah diantaranya Filosofi Gerak tari duduk bersila, 4 pedoman menari (guncangan menimbulkan keseimbangan baru), tingkat Brahmana, Satria, Wiswa, Sudra-sudra. Dukungan kaki kiri kanan yang baik atau buruk tetap direngkuh, kebaikan akan tumbuh kebaikan- tanjak ke kiri (menghindari perilaku tidak panas).Kesulitan alih aksara, Kalimat naskah terlalu panjang (alih aksara sekaligus sekaligus menata kalimat pemahaman paramasastra diperlukan.
“Serat Wedhataya merupakan naskah kuno yang berisi mengupas makna tarian keprajuritan klasik yang di terjemahkan dalam bahasa Indonesia,”ujarnya ditemui disela-sela acara bedah Serat Wedhataya di Omah Petroek, Pakem, Sleman, Senin (5/8).
Maestro Tari Didik Nini Thowok mengatakan Buku ini berisi naskah kuno yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa dapat dengan mudah dipahami bagi generasi muda.
“Harapannya ke depan Bedah serat ini perlu ada workshop perlu ada ahli sastra dan praktisi tari sendiri, Tari tarian gaya Surakarta, Tarian perang olah prajurit, Serat wedhataya perlu direkonstruksi, agar bisa mengedukasi masyarakat mengetahui dan memahami naskah kuno yang terkandung di dalamnya “katanya. (ang/eng)