JOGJABERITA– Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menghadiri sekaligus membuka Focus Group Discussion Kajian Substitusi Impor Kabupaten Sleman pada Rabu, (15/6).
Acara yang dilaksanakan di Pringsewu Resto itu, diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Sleman.
Substitusi impor ke bahan baku di Kabupaten Sleman merupakan program strategis dalam upaya memastikan aktivitas produksi dapat berjalan tanpa tergantung pada bahan baku dan bahan penolong impor.
Substitusi impor juga menjadi peluang bagi perkembangan usaha sektor produksi dan sektor pertanian melalui ketersediaan bahan baku atau bahan penolong sebagai rantai pasok di industri pengolahan.
Bupati Kustini melalui arahannya menjelaskan, substitusi impor ke bahan baku atau bahan penolong lokal tidak hanya dapat berperan dalam memastikan produksi tetap dapat berjalan lancar, namun juga dapat memberi dampak menyeluruh bagi penyelesaian permasalahan lainnya.
Hal ini dinilai menjadi potensi besar bagi Kabupaten Sleman, sehingga dapat terus dikembangkan untuk menghasilkan dampak baik bagi masyarakat.
“Karena begitu strategisnya program ini, maka saya berharap hasil rekomendasi dari kajian ini dapat ditindaklanjuti dalam bentuk peta jalan atau road map yang jelas.
Peta jalan inilah yang nantinya akan menjadi acuan bagi perangkat daerah dalam menjadi acuan implimentasi program dan kegiatan yang mendukung pengembangan produk subtitusi impor,” kata Kustini.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sleman, Mae Rusmi Suryaningsih, berharap diskusi tersebut dapat melahirkan rekomendasi substitusi bahan baku impor ke bahan lokal sehingga mata rantai produksi berjalan dengan lancar.
“Dengan adanya pertemuan hari ini diharap bisa mendapatkan rekomendasi substitusi bahan baku impor ke bahan lokal.
Sehingga, mata rantai produksi tidak terganggu, terutama apabila jalur impor mengalami kendala.
Seperti halnya karena peperangan atau kasus Covid-19 yang kita alami sejak 2 tahun terakhir. Dengan begitu proses produksi pun akan terus berjalan,” begitu penjelasan Mae Rusmi Suryaningsih. (ang/red)