NASIONALTERKINI – Kasus stunting di sejumlah wilayah Kabupaten Sleman tergolong masih tinggi. Kabupaten Sleman masih terkendala untuk menciptakan kondisi nol stunting. Hal ini disebabkan karena pola asuh yang masih belum tepat.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Cahya Purnama menerangkan, Berdasar hasil pengukuran Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGBM) tahun 2024, angka stunting di Kabupaten Sleman sebesar 4,41 persen.Empat kapanewon dengan kasus tertinggi adalah Minggir 8,5 persen; Pakem 7,5 persen; Seyegan 7,08 persen; dan Turi 6,61 persen.
Ada empat kapanewon yang masih merah. Kami terus melakukan intervensi untuk menekan stunting, khususnya di wilayah-wilayah yang jumlah kasusnya tinggi,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman Cahya Purnama, Senin (14/10).
Dia mencontohkan, orang tua kerapkali lebih menitikberatkan pada ketersediaan camilan dan jadwal pemberian makan pada anak yang tidak teratur. Cahya menerangkan, kondisi ini banyak terjadi pada orang tua yang bekerja, sementara anak dititipkan pada nenek atau saudara tanpa bekal ilmu pengasuhan yang baik.”Jadi bukan karena kemiskinan. Data kami, stunting yang disebabkan kemiskinan hanya 5 persen sedangkan 90 persen ke atas itu karena pola asuh,” imbuhnya.
Sementara itu, Pjs Bupati Sleman Kusno Wibowo menyayangkan, kasus stunting justru banyak terjadi di lokasi lumbung pangan Sleman, seperti di Minggir. Menurutnya, di sana merupakan produsen beras dan ikan lantaran banyaknya praktik mina padi.”Ini menjadi pekerjaan rumah kami. Ini tanggung jawab bersama,” jelasnya. (edi/esd)